Sekolah Pemikiran Agraria PSA IPB-SAINS : Mencetak Generasi Sadar Agraria

Sekolah Pemikiran Agraria PSA IPB-SAINS : Mencetak Generasi Sadar Agraria

sekolah pemikiran agraria
Liputan / News / Quote

Sekolah Pemikiran Agraria PSA IPB-SAINS : Mencetak Generasi Sadar Agraria

“Jika ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, hancurkan ingatan tentang sejarah bangsa di otak para pemudanya” 

 

Suasana Diskusi Sekolah Pemikiran Agraria

BOGOR, PSA IPB – Pusat Studi Agraria (PSA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB bekerjasama dengan Sajogyo Institute (SAINS) mengadakan Sekolah Pemikiran Agraria pada tanggal 1-8 Agustus 2019 di Bogor, Jawa Barat. Sekolah Pemikiran Agraria bertujuan untuk menggali pemikiran agraria Indonesia dari masa ke masa untuk memperoleh pelajaran berharga dari proses pembentukan pemikiran dan kebijakan politik agraria di Indonesia. Dengan mengikuti Sekolah Pemikiran Agraria, para peserta dapat memahami dengan baik pemikiran agraria pada masa awal, pasca kemerdekaan hingga terbitnya UUPA 1960, melalui kajian pemikiran tokoh agraria; memahami genealogi pemikiran dan politik agraria di Indonesia; memahami dinamika pemikiran dan politik kebijakan agraria di Indonesia; mempunyai bekal kerangka teoritik tertentu dan dinamika politik pemikiran agraria Indonesia, melalui kajian pemikiran tokoh agraria di masa awal pasca kemerdekaan.

Sekolah ini diikuti oleh delapan orang peserta yang berasal dari IPB dan luar IPB seperti UGM, UNAIR. dan UIN Semarang. Setiap peserta diharuskan membuat resume berdasarkan pembacaan teks/karya tiap tokoh. Sekolah ini dikemas dalam bentuk kelas diskusi dan refleksi teks/karya para tokoh-tokoh agraria seperti Ir. Soekarno, Muhamad Hatta, Ina E. slamet, Mochtar Kusumaatmadja, dll.

Sekolah Pemikiran Agraria ditutup dengan kelas sintesa pemikiran agraria yang dipaparkan oleh salah satu tokoh agraria, yaitu Gunawan Wiradi. Beliau memaparkan sejarah agraria di dunia dan Indonesia dari mulai masa penjajahan sampai dengan masa pemerintahan saat ini. Beliau menuturkan bahwa masalah agraria awalnya bukanlah soal ekonomi, tetapi soal sosial politik. Selain itu, beliau juga menuturkan bahwa krisis-kris yang terjadi di dunia disebabkan oleh spekulasi tanah.

Kesimpulannya kegiatan ini merupakan upaya dan ikhtiar untuk mencetak generasi sadar agraria, lebih khususnya sejarah pemikiran agraria di Indonesia. Hal ini dilakukan atas dasar semakin maraknya isu-isu serta kebijakan agraria di Indonesia. Sehingga para generasi muda dapat merefleksikan isu-isu serta kebijakan agraria di Indonesia berdasarkan pemikiran para tokoh agraria. (RNA)